Title: When You Go
Cast: - Kim Saeron
- Mark Tuan
- Jung
Chanwoo
- Choi Tzuyu
Genre: romance, sad, school life, dll :v
Author: Indah (ig: indah_xoxo26) *sekalian promote elah :v
NB: Author meminjam nama-nama mereka. Cerita ini bersumber
dari otak sutuk pengarang setelah melewati masa-masa UN. Mianhae kalo ceritanya
gaje, gasuka, jelek, atau apalah. Maapkan kalo typo bertebaran :v
Happy reading ^^
----------------------
Semua perhatian yang telah kau berikan padaku hanyalah
sebuah harapan kosong. Untuk semua empatimu padaku. Kau mempermainkanku seperti
boneka dan kau tinggalkan setelah kau bosan. Ataukah aku yang terlalu berharap
lebih dari sekedar kata ‘teman’.
Bel istirahat berbunyi. “Mark! Kau tidak makan? Ayo makan
bersamaku?” Ajakku. “Mianhae Saeron-ah, aku tidak lapar! Apa kau melihat
Tzuyu?” Dengan enggan kugelengkan kepalaku. Tzuyu, Tzuyu, Tzuyu! Selalu saja
dia! Apa hanya gadis itu yang ada dalam pikirannya. Kemana hilang nya semua
perasaan yang pernah kau tujukan untukku, Mark? Apakah dirimu hanya mampir
sesaat dihatiku lalu pergi mencari tempat singgah yang sesungguhnya? Sepasang
tangan tiba-tiba menutupi kedua mataku. Aku tau tangan siapa ini. “Hya!!
Chanwoo-ya!! Lepaskan! Kubilang lepaskan!” Omelku kesal. “Baiklah baiklah!”
ucap Chanwoo yang saat ini cekikikan. “Tapi tunggu, kenapa wajah mu manyun
begitu?” Tambahnya, menghentikan tawanya. Aku diam masih tetap dengan ekspresi
yang sama. “Ah! Arasheo! Arasheo! Ini semua pasti karena... Mark.” Ini bukan
pertanyaan, kali ini aku mengangguk. “Aigo, aku lapar. Ayo makan!” tanpa
meminta persetujuanku, Chanwoo menggeretku menuju kantin. Kami duduk di sebuah
bangku yang berada dikantin. “Kenapa kau tidak berpikiran untuk melupakan Mark
saja?” Chanwoo membuka pembicaraan. “Entahlah.” Jawabku singkat sambil mengaduk
jus jambu yang telah kupesan. “Jika kau terus begini, kau yang akan sakit!
Masih banyak lelaki lain yang mencintaimu lebih dari Mark. Contahnya... aku.”
Aku diam sejenak lalu tertawa terbahak-bahak hingga membuatku tersedak. “OMO!!
Itu lucu sekali, Chanwoo. Sudahlah teruskan saja makanmu itu. Lihat dirimu, kau
semakin gendut saja.” Cibirku. “Kim Saeron! Hidungmu berdarah lagi.” Aku
berlari ke kamar mandi. Hingga aku melihat mereka, yang membuat langkahku
terhenti dengan darah dihidungku. “Saeron-Ah! Ada apa dengan hidung mu?” tanya
Mark sedikit khawatir. Tzuyu yang berada disampingnya menoleh kearahku.
“Gwencanha. Aku tidak apa-apa. Jangan pedulikan aku. Lanjutkan saja obrolanmu
dengan Tzuyu.” Dengan terpaksa aku mengeluarkan seulas senyum, yang mungkin
sangat tampak dibuat-buat. “Tunggu. Ini” Ucap Tzuyu seraya menyodorkan sebuah
saputangan untukku. “Gomawo.”
-Author pov-
Mungkin ini cukup gila, tetapi gadis ini benar-benar
melakukannya. Semalam, Saeron telah memikirkannya dengan baik-baik. Dia telah
mengumpulkan semua nyalinya. Mark sudah berada dihadapannya sekarang. “Kau
ingin bicara apa?” ujar Mark membuyarkan lamunan Saeron. Saeron menarik nafas
dalam-dalam dan menghembuskan diudara. “Mark, aku tau ini gila. Tetapi aku
tidak bisa menunggu terlalu lama lagi. Selagi aku masih ada, aku ingin
mengatakan ini. Mark, aku mencintaimu.” Mata Mark terbelalak mendengar
pengakuan Saeron. Saeron menundukkan kepalanya. “Aku tau kau selama ini membenciku.
Aku selalu mengganggu kebersamaanmu dengan Tzuyu. Selama ini, kau sudah
berusaha menunjukkan ketidak sukaanmu padaku. Tetapi aku tidak mau mengerti.
Maafkan aku karena selama ini aku telah mengusik hidupmu.” Tambah Saeron, kali
ini dia beranjak dari bangku yang ia duduki ditaman sekolah bersama Mark. “Aku
mencintainya. Mianhae.” Kata Mark menghampiri Saeron. “Aku tau. Tetapi,
bukankah dulu kau mencintaiku?” “Ne! Itu benar. Itu hanya dulu. Dulu memang aku
mencintaimu. Aku selalu menghampirimu, memberikan perhatian lebih padamu.
Tetapi apa yang kau lakukan? Kau bersikap seolah-olah aku tak ada. Pikirkan
perasaanku saat itu, bagaimana sakitnya?” pekik Mark. Air mata memenuhi kelopak
mata Saeron, hingga lama-lama jatuh membasahi pipinya. “Tak bisakah kau kembali
untukku?” “Maaf, aku mengatakan ini. Tidak. Kau bisa mendapatkan lelaki yang
lebih baik dariku.” Ucap Mark sambil menepuk pundak Saeron lalu pergi. Saeron
menatap Mark yang berjalan membelakanginya semakin jauh dan hilang.
--Chanwoo Pov—
Dia benar melakukan itu. Diam diam aku sembunyi dibalik
pohon dan menguping pembicaraan mereka. Terlalu sakit rasanya untuk perasaan
yang telah terlalu lama kupendam. Mendenger nya saja, itu telah menyayat hatiku
hingga menimbulkan luka yang amat dalam. Namun aku bisa apa? Aku hanya bisa
diam.
Sepulang sekolah aku melihat Mark. Ku pegang pundaknya membuatnya berbalik badan
dan berhadapan denganku. “Kau? Ada apa?” kata Mark padaku. “Jangan pernah
sakiti Saeron lagi. Jangan pernah membuatnya menangis lagi. Kau dengar itu?”
“Hya!! Memangnya apa salahku?” “Sakit hatiku melihatnya menangis terus menangis
karenamu!!” “Lalu aku harus apa? Apa aku harus membohongi Saeron dan diriku
sendiri? Dan bilang padanya aku mencintainya?” “Setidaknya, kau bisa
membahagiankannya untuk sisa hidupnya!” Mark terkejut mendengar ucapanku,
inilah faktanya. “kau bicara tentang sisa hidup?” “Sebenarnya, Saeron di
diagnosis penyakit kanker.” “Mwo???”
--Mark Pov—
Aku merebahkan diriku di kasur, melepaskan lelah sepulang
sekolah. Lagi-lagi Saeron tidak masuk sekolah. Sejak dia terakhir menemuiku
hari itu. Ucapan Chanwoo tentang penyakit Saeron masih terngiang ditelingaku.
Rasa bersalah kini membanjiriku. Pandanganku beralih pada ponsel disampingku.
“1 Pesan Baru” itulah kalimat yang tampil dilayar ponselku. Ku ambil ponselku
dan kubuka pesannya.
From: Chanwoo
Beberapa hari ini Saeron dirawat di rumah sakit karena
penyakitnya, itu sebabnya dia harus absen sekolah. Bisakah kau besuk dia di
rumah sakit xxxxxx? Kali ini aku mohon padamu. Ne? Aku hanya ingin melihatnya
bahagia meskipun bersama mu.
Setelah membalas pesan Chanwoo, aku segera bergegas pergi ke
rumah sakit tempat Saeron dirawat.
Kubuka
pintu kamar Saeron. Kulihat Saeron terbaring lemah ditempat tidur di temani
ibunya. Meskipun begitu, aku bisa melihat betapa bahagianya dirinya melihatku
datang. Seulas senyum mengembang dibibirnya. Ku balas senyumnya dengan
melemparkan senyuman terhangatku. “Anyeong Ahjumma. Perkenalkan, Mark Imnida.”
Ucapku sambil membungkukan badanku 90 derajat. “Kau temannya Saeron?” tanyanya
dengan ramah. Aku mengangguk mantap, mengiyai. Ku dekati Saeron. “Anyeong,
Saeron-ah bagaimana keadaanmu?” tanyaku. “Aku sudah agak membaik.” “Syukurlah.”
“Eh, saya pergi dulu ya?” ucap ibu Saeron. “Eomma! Tunggu!” Ucap Saeron
menghentikan langkah ibunya. “Eomma, bukan kah keadaanku sudah membaik? Aku
ingin mengunjungi suatu tempat bersama Mark. Bolehkan? Eomma ayolah, kumohon
padamu.” Ucap Saeron pada ibunya. “Eh? Baiklah baiklah. Tetapi hati-hati ya.”
“Kita mau
kemana?” tanyaku sambil mengendarai mobil. “Kita akan ke taman, naik sepeda,
dan piknik. Aku sudah menyiapkan makanan untuk piknik.” “Jinjja? Itu pasti akan
menyenangkan.” Setelah sampai, aku membantu Saeron untuk turun dari mobil. Aku
menyewa sepeda. Ku bonceng Saeron dan aku mengayuh sepeda dengan hati-hati.
Setelah menemukan tempat yang bagus, kami menggelar tikar. Dan menata beberapa
makanan diatasnya. “makan ini.” Kata Saeron sambil menyuapiku dengan kimbab.
“enak?” tanya nya lagi. Aku mengangguk. “Kau juga harus makan.” Ku suapi Saeron
juga dengan kimbab. Lalu kami berdua tersenyum. “Mark, aku punya satu
permintaan.” “apa?” “bisakah kau bilang padaku jika kau mencintaiku? Walaupun
itu bohong?” aku terdiam lalu tersenyum. “Kim Saeron, dengarkan aku
baik-baik...” kataku serambi memegang kedua tangannya. “Aku sangat mencintaimu.
Aku tidak mau jauh darimu. Aku sangat menyayangimu.” “Kau tau, aku adalah gadis
yang paling bahagia. Sangat bahagia. Terimakasih.”
--Author Pov—
Mark
membuka pintu rumah dengan bahagia. Ia lega melihat Saeron membaik. Tiba-tiba
ponsel nya bergetar. Ia mengeluarkan ponselnya dari kantong celananya. “Ada apa
Chanwoo meneleponku.” Gumamnya. “Ya Chanwoo?” “Mark.... Saeron meninggal
dunia.” Terdengar suara putus asa Chanwoo diujung sana. Seketika sesak dada
Mark, rasanya seperti dicekik. “Mwo??? Itu tidak mungkin, aku baru saja bertemu
dengannya. Hya!! Chanwoo-ya, jika kau berbohong kau akan kuhajar nanti!”
Kini Mark
berada diambang pintu rumah Saeron yang saat ini dipenuhi banyak orang memakai
pakaian serba hitam. Terlihat Chanwoo sudah berdiri disana. Pandangan Mark
tertuju pada rangkaian bunga berbentuk lingkaran yang tertempel didinding dan
ditengahnya terdapat foto Saeron yang tersenyum. Gumpulan-gumpalan air mata
kian menetes. Mark tak sanggup lagi untuk menahannya. Gadis yang pernah mengisi
kekosongan hatinya kini tiada. Tiba-tiba seseorang memegang pundak Mark.
“Mark?” ucap lirih seorang gadis yang ternyata Tzuyu. Mark hanya tersenyum
kecut. Tzuyu tau, lelaki ini sedang tidak baik-baik saja. Mungkin perasaan nya
sedang kacau sekarang ini. Tzuyu memegang kedua pipi Mark. “Mark lihat aku,
percayalah ini yang terbaik. Kini Saeron telah bahagia, ia tidak lagi merasakan
sakit karena penyakitnya. Kau percaya padaku kan?” Mark memeluk Tzuyu
erat-erat, seakan ia tak ingin kehilangan Tzuyu
seperti ia kehilangan Saeron. Tangis mereka pecah bersama.
EPILOG
Kini
Kim Saeron telah pergi bersama angin menuju tempat kedamaiannya. Meski jiwa dan
raganya telah tiada, Saeron tetap berada dalam hati mereka bertiga. Mark, Chanwoo,
dan Tzuyu mengadakan piknik seperti apa yang dilakukan oleh Mark dan Saeron
terakhir kalinya. Saeron tetap menjadi kebanggaan bagi mereka. Mereka sangat
bahagia, seakan melihat wajah Searon tersenyum dilangit sana. Matahari bersinar
cerah yang menjadi saksi bisu kebersamaan nya dengan Kim Saeron.
Buatlah ia selalu bahagia. Buatlah ia selalu tersenyum.
Suatu saat nanti kau tak akan bisa melihat senyum diwajahnya lagi. Jangan
pernah menyakiti nya. Suatu saat nanti kau akan menyesal untuk setiap air mata
yang ia keluarkan karenamu. –Mark
Jika kau mencintai seseorang, katakan padanya. Jangan sampai
kesempatan itu hilang. Kau akan mengerti apa artinya kehilangan. Entah itu
cintanya maupun orangnya. -Chanwoo
~END. Thank for reading <3
Jangan lupa tambahkan komentar yaa. Kritik dan saran dari
kalian selalu ku tunggu :))