Monday, November 4, 2019

DARIKU YANG PERNAH TERBULLY

Sebenarnya ini adalah masa lalu yang ingin kubawa sampai mati. Ingin sekali menguburnya dalam-dalam hingga terlupakan. Tapi rasanya berat sekali. Karena tanpa sadar aku masih hidup di dalam trauma itu.

Saat itu aku hanyalah bocah kelas 2 SMP yang menjadi bahan ejekan teman-teman. Mereka memanggilku dengan julukan 'ebola'. Pasti bagi mereke menyenangkan sekali menyamakanku dengan virua mematikan. Hingga dekat denganku pun enggan. Mereka tidak sudi duduk bersebelahan denganku. Tidak sudi untuk memegang sesuatu yang barusaja kupegang. Tidak mau duduk dikursi yang telah kududuki. Tidak mau menerima barang/makanan pemberianku. Mungkin mereka jijik padaku yang sama sekali tidak cantik.

Mereka tidak mengerti rasanya ketika lembar jawaban ulangan harian diremas dengan sengaja karena enggan harus mengoreksi milikku. Mereka tidak mengerti rasanya ketika praktek bola voli di lapangan yang sebelumnya mereka duduk melingkari lapangan dan tiba-tiba bubar saat giliranku maju. Mereka tidak mengerti rasanya ketika tidak ada yang bersedia menserviskan bola untukku. Bahkan aku terlalu takut untuk berteman dekat dengan satuuu saja anak. Karena khawatir ia akan terbully karena aku. Mereka selalu berusaha mengambil foto candidku dengan raut jelek untuk dijadikan bahan candaan di grup kelas. Ya, aku hanyalah bahan tertawaan saja bagi mereka. Mereka tidak akan pernah mengerti betapa terlukanya aku. Betapa aku kalut, sedih, terpuruk pada masa itu. Sepanjang hari selalu takut pergi ke sekolah. Sepanjang malam menangis sendiri di kamar, tidak berani bercerita pada siapapun. Bahkan aku sempat berpikir lebih baik mensudahi hidupku saja. Namun, aku terlalu pengecut untuk mati.

Sudah 5 tahun berlalu. Tetapi luka itu masih belum berhasil kuobati. Masa itu terlalu berdampak bagi kehidupanku. Aku tetap tidak bisa menerima keberadaanku sendiri. Aku benci sekali dengan diriku, bahkan melebihi rasa benciku pada pembully sialan itu. Aku selalu merasa bahwa aku adalah yang terburuk. Merasa bahwa aku adalah manusia paling hina di muka bumi ini. Aku tidak pantas untuk dicintai. Aku tidak suka dan terganggu dipuji 'cantik'. Karena aku merasa itu adalah sebuah kebohongan. Atau merasa aku sedang diolok menggunakan majas ironi. Saat terdapat beberapa orang sedang tertawa bersama, aku selalu merasa bahwa mereka sedang menertawakan aku. Aku takut untuk memasuki lingkungan baru, khawatir masa itu akan terulang kembali. Aku terlalu penakut untuk hidup. Andai dalam agamaku bunuh diri tidaklah berdosa.


Terakhir. Untuk teman-teman SMP-ku. Ga, Oc, Sur, Yek, Rif, Ad, dan para biang kerok lainnya. Terimakasih sudah membentukku menjadi pribadi yang seperti ini. Barangkali karena kalian aku bisa menerbitkan sendiri novel inspiratif yang menceritakan kisah hidup seorang 'ebola' yang diinjak-injak hingga secuil harga dirinya yang tersisa.

Untuk teman-teman SMP ku yang masih mau berteman denganku. Vir, Nel, Nes, Vi, Dis, dan lainnya. Kukirim beribu terimakasihku pada kalian. Terimakasih telah membantuku tetap bertahan.

Dan untuk siapapun kalian para pembully, tolong berhentilah. Itu terlalu menyakitkan dan menimbulkan luka jangka panjang. Tidakkah kalian mengerti bullying dapat menimbulkan mental illness, trauma mendalam, bahkan depresi? You think thats just a joke? NOPE!!! it'sn't funny af!!!