Sunday, August 21, 2016

Cerpen Tentang Ayah

Cerpen Tentang Ayah

Title: Kepergian Ayah (Based From True Storie)
Author: Indah (IG: I.indxx)
Thanks To: Ayah, Buku diary yang selalu siap buat melahap semua kicauanku :'v

Angin berhembus dengan kencang. Meniup dedaunan hingga membuatnya berhamburan. Matahari sembunyi dibalik awan hitam yang tampat tebal. Air mulai berjatuhan dari atas sana seakan menangisi kepergian Ayah. Aku berdiri didekat jendela memandang suasana diluar. Dengan perasaan berkecambuk, sedangkan air mata ini tak sanggup untuk kusimpan. Ini terlalu sulit untukku. Layaknya menompang beban yang amat berat. Terlalu banyak sayatan dalam hatiku. Terlalu dalam luka yang kurasakan hingga membuatku tak akan melupakan peristiwa ini dalam sepanjang hidupku. Ini terlalu dini, Ayah. Kau pergi menemukan tempat kedamaian mu. Meninggalkan kami bersama bayang-bayangmu.
***
          Aku memasuki rumah dengan jantung berdetak kencang. Antara rasa takut serta penasaran bercampur menjadi satu. Penyakit Ayah akan segera dijawab oleh hari ini. Aku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Dengan sebaik-baiknya kusiapkan mentalku. “Penyakit Ayah tidak parah! Ayah sehat, pasti!!” gumamku yang berusaha meyakinkan diriku sendiri. Namun, dimana semua orang? Bahkan diruang keluarga tak ada seorangpun. Hingga aku mendengar isak tangis seorang dikamar orang tuaku. Yang memaksaku untuk melihatnya. Itu tangisan Ibu! Aku tau tangisan apa ini. Benar-benar buruk, tak ada yang baik. Perlahan ku hampiri Ibu. Ibu mengelus rambutku. “Ayahmu kanker hati stadium 4, nakk”. Rasanya seperti telah tersambar petir disiang bolong, ketika mendengarnya. Kata-kata itu memiliki daya kuat, hingga diriku tak sangup lagi untuk menompang tubuhku. Air mata mulai membasahi pipi, hingga semakin deras. Dengan cepat aku berlari menuju kamar. Mengunci diri sendirian. Tiba-tiba seorang mengetuk pintu kamarku. “Nduk, ayo makan dulu. Baru belajar biar bisa ngerjakan soal Ujian Nasional.” Ucapnya yang ternyata Ayah. Tangisku semakin menjadi-jadi ketika mendengar suara Ayah dibalik pintu. Aku terdiam tak berkutip bahkan air mata ini tak bisa lagi disembunyikan hingga membuat mata sembab dipagi hari. Mungkin inilah alasan mengapa mata mencerminkan hati. Sungguh mata tak sanggup menyembunyikan kebahagiaan maupun kepedihan.
          Ayah memang hebat! Ayah tak pernah sekalipun berniat menyerah. Meskipun dokter telah mengangkat tangan dan tak sanggup lagi berbuat apa-apa untuk kesembuhannya. Percayalah, dokter bukan Tuhan! Ayah hanya meminum obat-obat an alternativ yang datangnya dari alam. Yang tentu hanya bisa mengurangi sel sel kanker, tak sebanding dengan sel sel kanker yang terus berkembang didalam tubuhnya. Ayah tetap tidak melupakan tanggung jawabnya sebagai suami sekaligus ayah bagi anak-anaknya.Dengan mengendarai motor bututnya, Ayah pergi guna mencari rejeki. Meskipun tempat kerja Ayah bisa dibilang cukup jauh. Belum lagi ketika derai hujan turun dengan deras. Ayah harus pulang dengan basah kuyup hingga membuatnya menggigil.
23 Maret 2016
          Terlihat begitu banyak teman Ayah datang menjenguk diruang tamu. Sedangkan aku enggan menampakkan diri mengingat begitu banyak materi yang harus kusiapkan untuk ujian praktek besok. Aku memilih diam dikamar dengan beberapa buku. Aku sedikit terusik dengan suara bising mereka. Hingga beberapa lama kemudian, suara tawa itu berubah menjadi suara panik. Tubuh Ayah menjadi kaku. Sekujur tubuhnya dipenuhi keringat dingin. Ayah segera digotong oleh beberapa teman Ayah menuju mobil yang mereka gunakan untuk datang kerumah hari ini. Sedangkan Ibu tergopoh-gopoh mengikuti di belakang. “Kamu jaga rumah sama adik ya.” Ucap Ibu padaku. Sedangkan aku hanya mengangguk sambil memasang ekspresi cemas. Kemudian, Pakpo Aji kakak Ayah datang kerumah untuk menjagaku dan adik. “Tidur sana nduk, udah malam.” Pintahnya padaku. Aku bergegas menuju kamar. Kulihat adik telah tertidur pulas dengan kepolosannya. Pikiran-pikiran buruk pun mulai terlintas dalam otakku. Bagaimana jika Ayah tidak tertolong? Bagaimana jika Ayah benar-benar pergi jauh? “Tidak!! Ayah sehat, pasti sehat!!” umpatku, berusaha mengusir semua pikiran buruk. Malam ini, aku benar-benar tak bisa tidur. Semakin aku berusaha memejamkan mata, semakin banyak pula pikiran buruk itu. Tiba-tiba terdengar seorang pria datang ke rumah. “Yah, aku barusan dapet telfon. Om Anto keadaannya masih kritis. Minta dibacakan Yasin.” Ucap pria yang kupanggil Mas Devi, anak pakpo Aji. Seketika aku menangis mendengarnya diam-diam dikamar. Beribu janji kuucapkan. “Ayah! Aku janji akan rajin belajar jika Ayah sembuh! Aku janji akan jadi anak yang baik! Aku janji nurut ke Ayah sama Ibu! Aku berjanji, asal Ayah sembuh!” ucapku lirih seakan Ayah ada dihadapanku.
          Esokan harinya, sepulang sekolah aku pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Ayah. Keadaan Ayah benar-benar membuatku ingin menangis. Sungguh mengenaskan. Badan Ayah terlihat begitu kurus, habis dimakan kanker yang jahat! Perutnya semakin mengeras dan membesar menyembul dari balik kemejanya. Ayah mendengkur lemah diranjang. Dengan infus tertancap di lengannya dan bantuan oksigen untuk pernafasannya. Rumah sakit hanya bisa mengurangi rasa sakit yang Ayah rasakan, tidak lebih dari itu.
6 April 2016

          Sepulang sekolah, kurebahkan tubuhku diranjang melepaskan semua kepenatan. Ku mainkan ponselku. Tiba-tiba budhe Ifah, menghampiriku dikamar. “Nduk, ayo minta maaf ke Ayah dulu.” Ujarnya padaku. DEGG!! Apa ini bertanda buruk? Aku bergegas menuju kamar orang tuaku untuk melihat Ayah. Ibu terus membaca Yasin dan seringkali terputus karena tangisnya. Sedangkan Ayah terus mengucapkan lafadh “Allah” tak ada hentinya. Ku pegang tangannya dan kucium. “Ayah aku minta maaf” ujarku lirih. Semua pandangan menjadi buram. Air mata memenuhi kelopak mata yang siap menerjang. “Ayah juga minta maaf. Sekolah yang pintar” jawab Ayah terbata-bata setelah itu  kembali mengucap nama Tuhannya. Tampak jam pukul 14.00. Begitu Ibu usai menyelesaikan membaca Yasin. “Allah....” Kata Ayah begitu lirih. Kepala Ayah tertunduk  dan dengan cepat badan Ayah terhempas kebelakang. “AYAHHHH!!!!” Teriakku penuh histeris disusul tangisku yang mulai pecah. Tubuh Ayah dibaringkan menghadap kiblat. Kakinya diikat. Matanya menutup rapat, begitu tenang dan damai. Ayah benar-benar pergi. Nafasku terengah-engah menahan sakit. Amat sakit hingga menimbulkan luka dihati yang sangat dalam. Sedalam cintaku pada Ayah. Kutatap sayu wajah Ayah. Sebelum aku tak dapat lagi melihatnya. Sebelum jasadnya dibungkus kain kafan putih bersih. Dan diantar ke liang kubur. Selamat jalan Ayah. Kau adalah pria paling hebat yang pernah hadir dalam hidupku. Kau didik aku dengan penuh kasih sayang. Namun, kau tidak memberiku kesempatan untuk membalasnya. Untuk melukis senyum hangat yang mengembang dibibir manismu. Bahkan kau selalu menyembunyikan rasa sakitmu dihadapanku. Seolah-olah kau kuat, kebenarannya kau menjerit dalam hatimu. Ayah, hadirlah dalam mimpiku. Jadilah bunga tidurku. Agar aku tak akan pernah lupa wajahmu. Kau akan selalu hidup dalam jiwaku. Allah mencintaimu Ayah...

4 comments:

  1. Yang sabar ya. Buat ayah bangga disana. Terus berkarya ya syng. Cerpennya bgs.Jngn berhenti menulis.Apalagi fanfic nya. Adek indah juga pintar bikin cover ff ya. Kerennn. Aku pernah lihat hasil editan mu di grup fb. Semangat trs ya syng. Sering sering bikin karya tulis lagi. Hwaiting Chingu deul.Salam dari pecinta oppa mahasiswi ugm yang berharap cepet sidang.:*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waahh makasihhhh. Terharuu bacaa nyaa:')) Maaf baru bisa reply sekarang. Btw, semangatt ngerjain skripsi yaa kakaaa~

      Delete
  2. MGM Casino | DRMCD
    MGM Resorts offers all the 서산 출장마사지 best of what it means to 춘천 출장마사지 live and 충청남도 출장마사지 win. From slots to table games, our team of experts is ready to help you 속초 출장마사지 get 문경 출장샵 started.

    ReplyDelete